Pernah mendengar motivasi seperti ini? "Semua tergantung pada
Anda. Bergantunglah pada diri sendiri. Andalah yang menentukan."
Tampaknya kalimat ini sangat bagus, tetapi jika kita mengingat do'a yang
diajarkan oleh Rasulullah
shallaLlahu 'alaihi wa sallam, justru kita mendapati tuntunan yang berkebalikan dengan motivasi tersebut.
Mari kita ingat sejenak do'a berikut:
"اللَّهُمَّ
رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ
وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ""Ya
Allah, rahmat-Mu yang kuharapkan. Maka janganlah Engkau jadikan aku
bergantung kepada diriku sendiri, walaupun hanya sekejap mata. Dan
perbaikilah seluruh keadaanku. Tidak ada yang berhak diibadahi
melainkan Engkau." Do'a dari hadis shahih riwayat Abu Dawud.Do'a yang diajarkan oleh Rasulullah
shallaLlahu 'alaihi wa sallam ini mengingatkan kita kepada do'a lainnya riwayat Tirmidzi dan Ahmad:
"اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ"
"Ya
Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dari-Mu dan jauhkanlah aku
dari yang Engkau haramkan. Dan cukupkanlah (kayakan) aku dengan
keutamaan rezeki-Mu sehingga tidak perlu aku kepada selain-Mu." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).Keduanya
adalah do'a. Sebuah do'a, di satu sisi adalah permohonan kepada Allah
Jalla wa 'Ala. Di sisi lain, ia adalah ikrar kepada Allah Ta'ala. Kedua
do'a tersebut mengajarkan kepada kita untuk berusaha dengan
sungguh-sungguh seraya memohon pertolongan kepada Allah Jalla wa 'Ala
agar tidak bergantung kepada siapa pun, selain hanya kepada Allah
Ta'ala. Bahkan kepada diri sendiri pun, tidak bergantung kepadanya.
Kita
masing-masing akan mempertanggung-jawabkan seluruh amal kita, zahir
maupun batin. Tetapi ini bukan berarti perintah untuk bergantung kepada
diri sendiri. Sungguh, di antara ketergelinciran manusia adalah
menjadikan diri sendiri sebagai tempat bergantung. Ia melihat kuatnya
kehendak dan pikiran sendiri sebagai penentu segala sesuatu. Ia lupa
kepada Yang Menggenggam Hati, Allah Ta'ala.
Sebagian manusia
melihat peristiwa-peristiwa alam yang luar biasa, lalu ia merasa kecil
di hadapan alam semesta, kemudian tunduk kepadanya. Dan di antara
manusia ada yang menjadikan diri sendiri serta alam semesta sebagai
kekuatan terbesar yang amat menentukan.
Astaghfirullahal 'adzim. Semoga Allah Ta'ala melindungi kita dari terkelabuinya diri
(ghurur) terhadap apa yang tampaknya benar, tetapi hakekatnya sangat batil.
Maka,
marilah kita tak bosan-bosan memanjatkan do'a sepenuh kesungguhan
seraya menghayati apa yang kita mintakan kepada Allah Ta'ala:
"اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ""Ya
Allah, tunjukkan kepada kami bahwa yang benar itu benar dan berikanlah
rezeki kepada kami kemampuan untuk mengikutinya Dan tunjukkan kepada
kami bahwa yang salah itu salah, dan berikan rezeki kepada kami
kekuatan untuk menjauhinya."Sesungguhnya
persepsi tak mengubah realitas. Disebabkan oleh persepsi, apa yang
benar dapat tampak batil di mata kita. Begitu pun sebaliknya, apa yang
batil dapat saja tampak benar. Dan jalan yang membawa kita pada kejayaan
di dunia dan keselamatan di akhirat hanyalah jalan yang sungguh-sungguh
benar.
Maka, yang paling penting dalam menjalani hidup ini
bukanlah persepsi kita, tetapi pengetahuan, pemahaman dan ketundukan
hati untuk jalan yang lurus; kebenaran yang benar-benar sesuai
tuntunan. Bukan kita mempersepsi benar, padahal batil. Ini mengharuskan
kita untuk senantiasa belajar mengilmui apa yang kita lakukan, terlebih
dalam masalah agama. Tanpa mengilmui, kita hanya akan mengikuti
persangkaan
(zhan) semata.
Do'a ini juga sekaligus
pelajaran kepada kita bahwa kebenaran itu ada, kebatilan itu ada. Jalan
yang lurus itu ada, jalan sesat pun ada. Sungguh, siapa yang sesat akan
celaka untuk selama-lamanya. Amat besar kerugiannya. Maka kita berdo'a
kepada Allah Ta'ala, setiap hari, agar ditunjuki jalan yang lurus
(shiratal mustaqim). Bukan jalan mereka yang dimurkai. Bukan pula jalan mereka yang sesat.
Marilah
kita renungkan sejenak do'a yang kita ucapkan setiap kali kita shalat,
dalam surat Al-Fatihah yang kita baca di setiap raka'atnya:
اهدنا الصراط المستقيم"Tunjukilah kami jalan yang benar."صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين"(Yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka.
Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat."Maka, bagaimana kita merasa telah mendirikan shalat dan menegakkannya, jika kita mengingkari ada yang lurus dan ada yang sesat?
Bukan
hak kita untuk menganggap sesat kepada siapa pun yang kita kehendaki.
Tapi bukan hak kita juga untuk membantah Allah Ta'ala terhadap apa yang
dinyatakan-Nya sebagai sesat dan dimurkai. Maka, sepatutnya kita
mengilmui tentang jalan yang lurus dan jalan yang sesat.
Semoga
kita tidak termasuk golongan yang mendukung kesesatan, padahal telah
nyata kesesatannya. Semoga pula kita tak termasuk yang merasa diri
sendiri sebagai yang paling benar. Sembari berusaha untuk menapaki jalan
yang benar, kita telisik diri barangkali amat banyak kesesatan dalam
diri kita yang berkerak. Sedemikian tebalnya kerak kesesatan itu dalam
diri kita sehingga meradang jika diingatkan.
Berhati-hatilah dari
terhadap mudah tersinggungnya diri saat ada yang membicarakan
kesesatan. Di antara sebab terjatuhnya seseorang menjadi liberal adalah
karena amat tak suka mendengar kata sesat, lalu tergelincir lebih jauh
sehingga menganggap semua agama benar.
Jika ada perbedaan
pendapat, maka marilah kita belajar bertutur dengan hujjah yang jelas,
penjabaran yang tuntas dan penuturan yang baik. Marilah kita kenang
betapa cantik cara Imam Syafi'i berbeda pendapat dengan guru maupun
muridnya. Inilah berhimpunnya faqih dan taqwa.
Allah Ta'ala Yang Maha Tahu. Nasehati saya dengan kebenaran, kesabaran dan kasih-sayang.
Tawashau bil haq, wa tawashau bish-shabr, wa tawashau bil marhamah.
Repost from twitter kupinang